Macam-Macam Takdir
Mengenai hubungan antara Qada'dan Qadar dengan ikhtiar, do'a dan tawakal ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam seperti berikut.
1. Takdir Muallaq
Takdir Muallaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia, misalnya, seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu, ia belajar dengan tekun. Akhirnya, apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.
Dalam hal ini Allah Swt. berfirman: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah Swt. menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia": (Q.5 ar-Rad/13:11).
2. Takdir Mubram
Takdir Mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh manusia. Misalnya, ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit, atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapak kulit putih, dan sebagainya.
Kewajiban Beriman kepada Qada' dan Qadar
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah saw didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih, dan rambutnya sangat hitam.
Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan, Rasulullah saw. menjawab yang artinya: "Hendaklah engkau beriman kepada Allah Swt, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman pula kepada Qadar (takdir) yang baik ataupun yang buruk" (H.R. Muslim).
Lelaki itu adalah Malaikat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad saw.
Jawaban Rasulullah saw yang dibenarkan oleh Malaikat Jibril itu berisi rukun iman.
Salah satu dari rukun iman itu adalah iman kepada Qada dan Qadar.
Dengan demikian, mempercayai Qada' dan Qadar merupakan kewajiban. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada din kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak adalah atas kehendak atau takdir Allah Swt.
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah Swt atas diri kita.
Di dalam sebuah hadis qudsi Allah Swt berfirman yang artinya:
"Siapa yang tidak rida dengan Qada-Ku dan Qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku" (H.R. at-Tabrani).
Takdir Allah Swt. merupakan iradah (kehendak) Allah Swt. Oleh sebab itu, takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.
Tatkala takdir sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita bersyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah Swt kepada kita.
Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas.
Kita harus yakin bahwa dibalik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Swt Maha Mengetahui atas apa yang diperbuat-Nya.